Genjot Ekspor lewat Diplomasi
Pemerintah dinilai perlu menggenjot ekspor melalui jalut diplomasi. Namun, upaya mendongkrak daya saing produk dan mengatasi hambatan yang dialami para pelaku usaha tetap perlu menjadi prioritas.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Perdagangan Benny Soetrisno di Jakarta, Senin (5/3), berpendapat, pesatnya pertumbuhan ekspor Vietnam dan Malaysia terbantu oleh perjanjian perdagangan dengan banyak negara. Perjanjian memungkinkan produk masuk dengan tarif lebih rendah atau bahkan bebas tarif.
Benny mencontohkan produk tekstil Indonesia yang dikenai bea masuk 7-12 persen ke Uni Eropa, sementara dari Vietnam dan Bangladesh sudah nol persen. "Ekspor tekstil Vietnam dan Bangladesh ke Uni Eropa sudah Iebih dari 30 miliar dollar AS, sementara dari Indonesia baru sekitar 12,3 miliar dollar AS. Indonesia perlu melakukan terobosan untuk melipatgandakan pertumbuhan ekspor," ujarnya.
Duta Besar Indonesia untuk Swiss dan Liechtenstein Muliaman D. Hadad menyatakan, Indonesia perlu memperluas perjanjian perdagangan untuk meningkatkan ekspor. Perjanjian itu menjadi payung dan tarif preferensi yang lebih rendah bagi produk ekspor Indonesia. "Kami sedang menyelesaikan pembahasan perjanjian perdagangan bebas dengan empat negara, yakni Swiss, Norwegia, Liechten-stein, dan Eslandia yang tidak masuk dalam Uni Eropa. Saya pelajari dan selesaikan hambatannya," ujarnya.
Duta Besar Indonesia untuk Sudan Rossalis Rusman Adenan mengatakan, Indonesia perlu mencari peluang dari pasar non tradisional seperti Sudan. Potensi perdagangan dengan Sudan se-makin besar seiring dicabutnya sanksi ekonomi dengan AS sejak 2017. Selain itu, volume perdagangan Indonesia dan Sudan juga masih di bawah potensi "Ada potensi di bidang perminyakan, pertambangan, dan peternakan," ujarnya.
Kalangan pengusaha sarang burung walet kian optimistis Indonesia menjadi produsen utama dunia. Terbukanya pasar China sejak awal 2015 mendongkrak permintaan sehingga memacu pengusaha meningkatkan mutu dan volume produksinya. Prospek tahun ini dinilai lebik cerah. Ketua Umum Perkumpulan Pengusaha Sarang Burung Indonesia Boedi Mranata menyatakan, China merupakan pasar utama sekaligus muara perdagangan. Ekspor langsung ke China tercatat naik dari 14,2 ton pada 2015 menjadi 52,2 ton pada 2017. Namun, angka itu relatif kecil dibandingkan total ekspor selama 2015 yang mencapai 700,6 ton dan pada 2017 yang mencapai 1.053,4 ton.
Kepala Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian Banun Harpini mengatakan, tiga hal diusahakan oleh pemerintah dan pelaku usaha di Indonesia. Ketiganya ialah ketertelusuran, bersih dan kandungan nitrit kurang dari 3 ppm, dan telah diproses melalui pemanasan 70 derajat celsius selama 3,5 detik (MKN)
Sumber: Harian Kompas
Selasa, 6 Maret 2018
Ingin import sendiri tanpa dipusingkan Bea Cukai? Tidak tahu tempat belanja yang bagus? Tidak bisa berbahasa Mandarin?
Hubungi kami di +62811 1471 168 www.blinkprimamandiri.com
Hubungi kami di +62811 1471 168 www.blinkprimamandiri.com
Popular Posts
-
Customs Clearance suatu proses pemeriksaan dokumen ...
-
Jasa pengurusan bea cukai untuk barang yang bermasalah atau ...
Powered by Blogger.
Blog Archive
- April 2021 (3)
- March 2021 (1)
- February 2021 (3)
- January 2021 (3)
- November 2020 (1)
- October 2020 (3)
- August 2020 (1)
- July 2020 (1)
- March 2020 (2)
- January 2020 (3)
- December 2019 (3)
- November 2019 (3)
- October 2019 (3)
- September 2019 (3)
- August 2019 (3)
- July 2019 (3)
- June 2019 (3)
- May 2019 (3)
- April 2019 (3)
- March 2019 (3)
- February 2019 (3)
- January 2019 (3)
- December 2018 (3)
- November 2018 (3)
- October 2018 (3)
- September 2018 (3)
- August 2018 (3)
- July 2018 (3)
- June 2018 (3)
- May 2018 (3)
- April 2018 (3)
- March 2018 (3)
- February 2018 (3)
- January 2018 (3)
- December 2017 (3)
No comments:
Post a Comment